Kesadaran Diri vs Pengkondisian
Pernahkah Anda berpikir bagaimana pikiran menyimpan data dan menggunakannya untuk menganalisa, membandingkan dan membuat keputusan dalam hidup kita sehari-hari?
Sebuah cerita menarik saat saya berkunjung ke rumah teman yang baru saja menikah. Pasangan muda ini begitu bahagianya dan mereka tinggal di rumah orangtua sang wanita untuk menemani orangtua yang tinggal sendiri bersama dengan neneknya yang sudah sangat tua. Saat saya sampai di rumah tersebut mereka sedang santai dan saya pun langsung membicarakan pekerjaan yang akan dikerjakan bersama-sama. Tak lama kemudian istri teman saya mengeluarkan sajian hotdog dan jus jeruk.
Sepintas saya perhatikan itu seperti hot dog yang biasanya kita jumpai. Ada roti yang di tengahnya diletakkan sepotong sosis. Namun setelah dilihat dengan seksama ternyata sosinya tak utuh lagi … Ujung kiri kanan sosis tersebut sudah tak utuh lagi. Lalu saya tanya dengan penuh keisengan mengapa sosisnya seperti itu dan istri teman saya mengatakan bahwa begitulah cara memasak sosis yang dia pelajari dari mamanya.
Lalu saya bertanya kembali apakah dia tahu mengapa mamanya memasak sosis seperti itu? Dan dia menjawab bahwa mamanya hanya mengikuti apa yang diajarkan neneknya.
Dan secara kebetulan neneknya yang sudah berusia 83 tahun keluar kamar dan menyapa kami dan saya pun bertanya mengapa sang nenek memasak sosis seperti itu. Neneknya menjawab karena engkongnya tak suka dengan ujung sosis yang bentuknya aneh sehingga sang nenek selalu memotong ujung kiri dan kanannya setiap kali memasak sosis untuk hot dog yang akan disajikan pada engkongnya.
Nah sekarang baru jelas jawabnya. Istri teman saya dan mamanya melakukan sesuatu tanpa tahu alasan jelasnya. Mereka hanya mengikuti sebuah kebiasaan turun temurun tanpa tahu alasan dibaliknya. Mereka hanyalah menjalankan sebuah “program” yang telah dikondisikan dan diprogramkan dalam pikiran mereka. Sang nenek menjalankan sesuatu karena alasan jelas. Sang nenek menjalankan sesuatu karena kesadaran.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita seringkali menjalankan sesuatu karena pengkondisian masa lalu dan tak pernah kita pertanyakan sehingga kualitasnya menjadi itu-itu saja. Kita pasrah dengan pengkondisian masa lalu dan menjadi manusia robot. Hal ini terjadi di rumah, di kantor, di sekolah dan di setiap aspek kehidupan kita. Kita seringkali melakukan sesuatu karena memang sudah begitulah kebiasaannya. Bahkan dalam cara pikir pun hal ini terjadi. “Saya ini sekringnya cepat putus sehingga mudah marah … jadi jangan buat sesuatu yang bisa meledakkan saya” atau “Saya tak bisa pegang uang, kalau ada uang di tangan pasti cepat habis. Ada saja alasan untuk keluarkan uang saat saya pegang uang banyak” adalah beberapa contoh pengkondisian pikiran yang telah menjadi keyakinan dalam diri seseorang. Ada banyak sekali contoh seperti di atas dalam kehidupan kita.
Saat seseorang tetap meyakini pengkondisian seperti itu dalam dirinya maka ia tak berkembang dalam sebuah kesadaran diri. Ia hanyalah sebuah robot masa lalu yang bergerak di masa sekarang.
Dalam rangka meningkatkan mutu diri maka hendaknya kita perlu mengevaluasi setiap pemikiran dan tindakan kita. Mengapa kita melakukan suatu hal dengan cara tertentu, apa landasan kita melakukannya, apakah ada cara lain yang lebih baik atau lebih menyenangkan, mungkinkah kita melakukan sebuah perubahan kreatif dan kapan saya mau mulai melakukannya adalah beberapa pertanyaan yang perlu kita lontarkan untuk membuat diri kita keluar dari pengkondisian masa lalu dan bertindak dengan penuh kesadaran.
Itulah yang sering saya lontarkan dalam setiap pelatihan yang saya berikan kepada ribuan individu dalam berbagai seminar publik ataupun in-house training perusahaan.
Perubahan pola pikir seperti itu saja sudah sanggup membuat beberapa perusahaan yang menjadi klien saya melipat gandakan omzet dan profitnya. Ini bisa terjadi karena sekarang para individu dalam perusahaan tersebut mengerti dan memahami mengapa mereka harus melakukan pekerjaannya. Mereka menjadi manusia berkesadaran bukan hanya menjadi manusia yang melakukan sesuatu karena takut terkena SP-1 atau SP-2 atau kuatir bonusnya dipotong oleh HRD manajer atau kuatir bahkan dipecat karena susah dapat pekerjaan lagi. Bisakah Anda bayangkan apa jadinya ketika para individu di perusahaan melakukan sesuatu semata-mata karena takut kalau dipecat dan tak dapat pekerjaan? Apakah kinerja mereka akan bagus dan mereka bahagia menjalani pekerjaannya? Tentu tidak.
Setiap kali saya membawakan Two Days Worshop Instant Change Technique (ICT), pembahasan mengenai “pengkondisian diri” selalu menjadi hot topic yang ternyata jika ditarik benang merahnya menjadi penyebab terbesar yang menghambat untuk bisa melesat menjadi orang yang jauh lebih baik daripada sekarang. Saya ibaratkan “pengkondisian diri” seperti “rem tangan” pada mobil, walaupun mobil sudah siap jalan dan mesin sudah menyala, namun sebelum rem tangan tersebut dilepas, mobil tidak akan dapat melaju seperti yang diinginkan.
Alhasil dalam sesi-sesi awal dalam Two Days Workshop Instant Change Technique (ICT) selalu saya gunakan untuk “membabat habis” mindset-mindset, ketakutan-ketakutan yang sudah puluhan tahun menjadi teman akrab yang tanpa kita sadari menggerogoti dari dalam. Dan mereka harus mempraktekan caranya kepada teman-teman workshop dan keesokan harinya membawa client untuk mereka bantu terapi, dan fiolaaaa …. Hasilnya menggembirakan mereka semua. Karena tidak hanya membantu diri sendiri keluar dari ikatan yang membelenggu, namun mereka juga bisa membantu saudara2 dan keluarga dan teman2 mereka, keluar dari ikatan yang mengikat mereka untuk maju.
Selesai mengikuti Two Days Workshop Instant Change Technique (ICT) mereka mengabarkan bahwa pencapaian yang selama ini tak pernah mereka sangka bisa mereka dapatkan, dengan mudah bisa mereka raih, namun tentu saja usaha terbaik yang harus diusahakan untuk hasil yang terbaik. Mindset pemenang dalam diri mereka mengalahkan semuanya.
Nah sekarang cobalah Anda amati diri sendiri dan tanyakan pada diri Anda apa yang selama ini menghambat pencapaian yang lebih besar lagi? Mengapa anda yakin itu adalah penghambatnya? Darimanakah keyakinan itu berasal? Bisakah pengkondisian itu Anda maknai ulang dengan emosi yang lebih netral atau positif?
Selamat berkarya untuk Indonesia sahabatku…
Indonesia bermutu dimulai dari kualitas berpikir individunya …
Salam hebat dari ruang kerja saya di salah satu pojok bumi ini
Ariesandi S.,CHt
ariesandi.com
ariesandi@gmail.com
Founder Holistic Success Coach
Founder Akademi Hipnoterapi Indonesia