Orangtua Lebih Sering Memuji Diri Sendiri atau Anaknya?
Beberapa kali saya mengamati para klien dan rekan-rekan saya sendiri ketika berhadapan dengan anak-anaknya. Saya mendapati suatu fakta bahwa mereka cenderung suka memuji diri sendiri ketimbang anaknya ketika anak berbuat sesuatu yang positif. Seandainya memuji anaknya maka hal itu dilakukan terakhir kali. Ini adalah suatu hal yang aneh. Bagaimana anak bisa punya harga diri positif jika untuk perubahan positif yang diperbuat malah orangtua memuji dirinya sendiri?
Coba perhatikan peristiwa berikut ini. Cerita ini terjadi di hadapan saya ketika orangtua menjemput anaknya pulang sekolah. Si anak bersikeras tidak mau pulang karena ingin bermain lebih lama dengan temannya namun si mama memaksanya untuk pulang. Berbagai cara dilakukan si mama untuk membujuk anaknya. Dan akhirnya singkat cerita si anak mau menuruti mamanya. Si mama berkata, “Bagus! Mama senang kamu mau patuh dan mengerti keadaan Mama. Ayo kita pulang sekarang. Lain kali kamu boleh kok main lebih lama di sekolah.”
Seringkah anda menjumpai perkataan itu? Apakah jika dihadapkan kasus serupa anda juga mengatakan begitu? Atau mungkin anda tidak mengatakannya tetapi dalam hati anda berkata begitu? Bisakah anda menganalisa kalimat mana yang tidak mendukung harga diri anak?
Atau mungkin anda pernah mendengar kalimat seperti ini, “Papa senang kamu jujur. Itu baru anak Papa. Jangan pernah bohong ya!” Atau seperti ini, “Nah ini baru anak Mama! Mama senang dengan hasil ulangan kamu yang ini. Bagus, Nak! Kamu memang hebat. Begini Mama baru senang!”
Sekarang anda mungkin bisa melihat keanehannya kan? Ketika anak berbuat positif malah orangtua yang senang. Dari kalimat yang dilontarkan orangtua maka si anak bisa menarik kesimpulan di bawah sadar bahwa:
- untuk menarik perhatian orangtua maka ia harus berbuat baik
- untuk mendapatkan kasih sayang dan penerimaan dari orangtua maka ia harus berbuat baik
Akibat dari pemikiran yang timbul di bawah sadar anak ini adalah:
- si anak belajar bahwa untuk menerima kasih sayang dari orangtua itu ada syaratnya, ia belajar untuk memberikan cinta bersyarat
- si anak belajar untuk melakukan sesuatu berdasarkan motivasi luar
- lambat laun ia tidak tahu apa motivasi intrinsiknya karena semua yang dilakukannya adalah untuk kepentingan orang lain
- ia belajar untuk menilai dirinya cenderung dari pandangan orang lain semata
- ia tidak tahu bagaimana caranya menimbulkan motivasi intrinsik
- ia membatasi dirinya karena pandangan orang lain, akhirnya ia akan tumbuh besar dengan banyak batasan diri
Coba tanyakan pada diri sendiri. Ketika anda melakukan suatu perbuatan baik manakah yang anda harapkan secara bawah sadar: anda yang menerima pujian atas perbuatan anda atau orang lain yang menerima pujian atas perbuatan baik anda?
Untuk kasus di atas mengapa kita tidak mengatakan, “Kamu harus bangga dengan upayamu, Nak! Karena memutuskan untuk berkata jujur perlu upaya. Kamu harus menghargai kejujuran dan upaya itu. Karena Papa tahu pada awal mulanya kamu sulit mengatakannya, bukan? Untuk itu kamu boleh bangga dengan dirimu sendiri!”
Atau seperti ini, “Bagus kamu anak hebat! Memutuskan untuk menuruti apa yang Mama inginkan adalah hal yang sulit bagi kamu. Tetapi kamu melakukannya. Kamu adalah anak yang penuh pengertian dan toleransi. Kamu harus bangga dengan dirimu sendiri. Sini Mama peluk kamu!”
Atau, “Lihat hasil usaha belajarmu semalam. Kamu telah membuktikan bahwa kamu anak yang pantang menyerah. Kamu harus bangga karena usahamu berbuah nilai ulangan yang bagus. Terus berusaha lebih baik, Nak! Mama percaya bahwa makin hari kamu makin rajin dan makin giat belajar!”
Cobalah rasakan perbedaannya dengan kalimat di paragraf awal. Mana yang anda rasa lebih mendukung harga diri anak? Jika anda sebagai anak-anak kalimat seperti apa yang anda harapkan dari orangtua anda?
Jadi bagaimana kita merangkum cerita di atas. Jika anak berbuat baik atau positif maka lakukan hal berikut ini:
- Pujilah dia atas perbuatannya
- Katakan bahwa dia harus bangga dengan upayanya
- Berilah kepercayaan bahwa makin hari dia makin mudah melakukan perbuatan baik